Kapal Selam TNI AL Didok di Korsel
Kapal selam KRI Naggala 402 akan menjalani pemeliharaan berat (overhaul) di Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME), Korea Selatan. “Pelaksanannya akan berjalan mulai bulan depan, selama 22 bulan,” kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno.Ia mengatakan, dengan overhaul, maka kemampuan kapal selam tersebut dapat diperbaharui hingga pada kondisi awal dimana rata-rata kesiapan mencapai 100 persen. “Yang penting dari program overhaul itu, selain murah, juga dapat mengembalikan kekuatan kapal selam bersangkutan hingga dapat difungsikan secara maksimal sebagai alat utama sistem senjata (alutsista) strategis TNI, ” kata Tedjo.
TNI Angkatan Laut sebelumnya telah melakukan overhaul terhadap KRI Cakra dengan nonor lambung 401 di perusahaan yang sama sehingga perangkat teknologinya yang buatan 1970-an, kini tampil lagi dengan teknologi 1990-an. Kasal menegaskan, TNI Angkatan Laut ingin memiliki kapal selam yang memiliki kemampuan tempur dan daya tangkal sejajar dengan negara lain, seperti Malaysia dan Singapura.
“Bahkan kapal selam kita yang baru, kalau bisa melebihi kemampuan tempur dan daya tangkal yang dimiliki negara lain. Misalnya, Malaysia, kini memiliki kapal selam pertama jenis Scorpene yang diluncurkan di Prancis, beberapa waktu lalu. Ya.. kita harus punya yang lebih dari Scorpene. Kalau tidak lebih baik, tidak usah beli,” tuturnya.
Keberadaan kapal selam tidak semata sebagai alat utama sistem senjata strategis, melainkan sebagai alat yang dapat memberikan efek tangkal yang mendukung posisi tawar Indonesia. Pada 2011, pemerintah menjanjikan dua kapal selam baru bagi TNI Angkatan Laut. Namun, hingga kini Departemen Pertahanan belum memutuskan jenis dan dari negara mana kapal selam akan diadakan.
KSAL juga mengatakan TNI AL dan Angkatan Laut Republik Demokratik Timor Leste menjajaki kerja sama, mulai dari pendidikan, pertukaran perwira hingga latihan bersama. “Mereka (Angkatan Laut Timor Leste-red) ingin berguru pada Angkatan Laut Indonesia,” katanya.
Laksamana TNI Tedjo mengatakan, pihaknya masih merumuskan bentuk kerja sama yang dapat dilakukan angkatan laut kedua negara. Kemudian rumusan itu mejadi payung hukum dalam bentuk nota kesepahaman yang disetujui Departemen Pertahanan kedua negara.
Tentang kemungkinan pengaruh terhadap hubungan bilateral RI-Australia, Kepala Staf Angkatan Laut Tedjo Edhy mengatakan, hal itu tidak perlu dikhawatirkan mengingat angkatan laut RI-Australia juga sudah menjalin kerja sama yang baik, termausk dalam bentuk patroli bersama di wilayah perbatasan perairan kedua negara.
“Dalam patroli bersama antara angkatan laut RI dan Australia, ada sebagian wilayah patroli yang bersinggungan dengan wilayah Timor Leste, dan saat berpatroli kita dapat menggunakan Kupang atau Darwin sebagai titik singgah,” kata Tedjo. *
Popularity: 3%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar