20111027

Kebangkitan Industri Dirgantara

Kebangkitan Industri Dirgantara PDF Print
Thursday, 27 October 2011
ImagePresiden Susilo Bambang Yudhoyono melihat dari dekat pesawat C-295 saat berkunjung ke PT Dirgantara Indonesia (DI), Jalan Pajajaran, Kota Bandung, kemarin.

BANDUNG– PT Dirgantara Indonesia (DI) mengambil langkah besar. Kemarin perusahaan pesawat terbang berpelat merah itu secara resmi memulai kerja sama dengan Airbus Military Industry (AMI) untuk memproduksi pesawat CN-295.

Pada tahap awal PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI Angkatan Udara (AU) dengan nilai kontrak USD325 juta.Pesanan tersebut diharapkan rampung pada semester pertama 2014.

Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono,Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, Menteri BUMN Dahlan Iskan, serta jajaran kementerian lain di PT DI,Kota Bandung, kemarin.

Presiden SBY berharap produksi bersama CN-295 merupakan tonggak bagi kebangkitan PT DI sekaligus industri pertahanan Indonesia yang sempat kolaps setelah krisis moneter menerpa pada 1997. ”Kiranya hari ini akan mengawali tonggak kebangkitan PT DI menuju masa depan sekaligus menandai revitalisasi industri pertahanan kita. Saya yakin mulai hari ini dan ke depan, dengan kerja keras, kita akan dapat bangkit kembali,” harap SBY.

Menurut alumnus Akmil 1973 ini, untuk membangkitkan kembali industri pertahanan perlu ditopang banyak faktor, dari kebijakan yang mendukung,anggaran yang besar hingga solusi pendanaan. Karena itu Presiden memastikan, ke depan pemerintah akan terus meningkatkan anggaran untuk pengembangan industri pertahanan.

Dengan begitu kekuatan pertahanan di Angkatan Laut (AL), Angkatan Darat (AD), ataupun Angkatan Udara (AU) meningkat. Sebagai catatan, hingga 2014 mendatang pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp150 triliun untuk pengadaan serta modernisasi alutsista bagi TNI dan alat material khusus (almatsus) bagi kepolisian.

Mantan menteri koordinator bidang keamanan dan politik itu menjelaskan, industri pertahanan nasional perlu segera dibangkitkan mengingat dalam 20 tahun terakhir Indonesia tidak cukup mampu membangun industri pertahanan ataupun memodernisasi kekuatan pertahanan.Alhasil,kekuatan alutsista nasional jauh tertinggal dibandingkan negara lain.

”Ini semata-mata demi menjalankan misi dan kewajiban kita untuk mem per tahankan negara kita demi penjagaan dan pengawasan wilayah yang sangat luas,”katanya. Presiden SBY mengungkapkan, peningkatan kekuatan alutsista mendesak dilakukan karena kekuatan militer juga dibutuhkan dalam operasi nonperang seperti penyelamatan korban bencana alam.

Dari pengalaman penanganan bencana alam yang terjadi beberapa tahun terakhir, Presiden menyimpulkan kekuatan militer untuk operasi bencana masih mengkhawatirkan. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro juga berharap pesanan senilai USD325 juta kepada PT DI diharapkan kembali menggerakkan BUMN tersebut.

Beberapa keuntungan kerja sama PT DI dan Airbus Military dalam memproduksi pesawat CN-295 di antaranya adalah menyerap tenaga kerja lebih dari 2.000 orang, mempertinggi kandungan lokal, serta alih teknologi untuk PT DI.Selain itu,setelah penandatanganan kerja sama,produksi CN-295 akan dilakukan di PT DI dan BUMN strategis itu akan menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen pemasaran di kawasan Asia-Pasifik.

Sementara itu Wakil Menteri Pertahanan sekaligus Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Sjafrie Sjamsudin, mengungkapkan, mengatakan target kebutuhan TNI yang akan dipesan ke PT DI menggunakan acuan tenggat waktu per semester pertama 2014. Rincian alutista yang dibutuhkan adalah satu skuadron helikopter serbu Bell 412 dan CN-295.

Selain itu,TNI AU juga butuh helikopter Cougar 725. Adapun untuk TNI AD membutuhkan helikopter Apache yang rencananya dibeli langsung dari pabrikan Boeing, di Amerika Serikat. ‘’TNI AD juga ada pemesanan helikopter produk kolaborasi PT DI dengan Eurocopter,’’ katanya.

Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengungkapkan, pesawat CN-295 merupakan pengembangan dari CN-235.Bedanya, pesawat seri baru tersebut memiliki kapasitas dan daya jelajah lebih besar dan andal di semua kondisi seperti padang rumput, gurun pasir, atau hamparan es. Kendati mampu membawa beban yang cukup berat, 9 ton,CN-295 mampu terbangdengankecepatan260knot (480km/jam).

Saat ini,belum ada perusahaan penerbangan manapun yang memproduksi model pesawat tipe ini. Budi Santoso pun berharap kemampuan memproduksi CN- 295 akan menjadi pendorong PT DI untuk memperluas pasar CN-295 ke kawasan Asia-Pasifik, terutama negara-negara dengan kondisi geografis tidak menentu.

”Kami berharap ini semakin mempercepat penyehatan bisnis kedirgantaraan di PT DI setelah pemerintah memberikan pinjaman dana Rp675 miliar dan pemberian kompensasi hutang lebih dari Rp1,5 triliun,”ulas Budi. Dalam rencana, pada 2012 PT DI mendapat kembali mendapat bantuan modal Rp1 triliun.

Dengan restrukturisasi tersebut, berarti saat ini PT DI memiliki kecukupan modal. Hal itu penting agar bisa terlibat pada sejumlah proyek melalui mekanisme tender. Tantangannya, PT DI harus mendapatkan keuntungan sebesar Rp2 triliun untuk bisa dikatakan BUMN berhasil.

Saat ini PT DI telah menerima pesanan antara lain 4 unit CN-295 dari Korea Selatan, 3 unit dari TNI AL, satu unit super puma TNI AU, dan satu unit C212-400 dari Thailand. Selain itu, PT DI juga tengah menyiapkan prototipe N-219 dan terlibat dalam proyek pembangunan pesawat tempur canggih K-FX/I-FX dengan Korea Selatan.

”Dengan akan diproduksinya CN-295 oleh PT DI diharapkan seluruh pasar domestik sipil dan militer dapat dipenuhi oleh PT DI,”katanya. Harapan agar momentum kerja sama dengan AMI menjadi momentum kebangkitan PT DI sangat wajar.

AMI merupakan unit usaha perusahaan dirgantara terkemuka dunia, European Aeronautic Defence and Space Company (EADS). EADS merupakan gabungan Aerospatiale-Matra dari Prancis, Dornier GmbH dan DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) dari Jerman, dan Construcciones Aeronauticas SA (CASA) dari Spanyol.

Sejak didirikan pada Januari 1999,AMI sudah memproduksi beberapa jenis pesawat, yakni Airbus A330 MRTT, Airbus A400M,CASA C-212 Aviocar, CASA/IPTN CN-235, dan EADS CASA C-295. Untuk memproduksi C-212 dan CN- 235, pabrikan tersebut merangkul PT DI untuk joint production dan pemasaran.

Pindad Diminta Siapkan Rantis Baru

Selain ke PT DI, kemarin Presiden SBY juga berkunjung ke PT Pindad. Presiden meminta Pindad memproduksi kendaraan taktis (rantis) varian baru untuk tipe 3/4 ton 4x4 guna memenuhi kebutuhan TNI dan Polri.

Dalam kunjungan tersebut Presiden meminta Direktur Utama PT Pindad Adik Aviantono Sudarsono untuk menjelaskan kesiapan dan proses produksi panser rantis varian terbaru tersebut. Adik Aviantono Sudarsono menjelaskan bahwa Pindad sudah memproduksi satu prototipe atas kerja sama dengan pabrikan Renault dari Prancis.

Kendaraan itu cocok untuk TNI AD,AU,atau kepolisian,mobilitasnya tinggi dan pas untuk patroli di lapangan udara dan operasi darat.Tampilan rantis 3/4 ton 4x4 itu terlihat lebih garang, tangguh, dan lebar. Spesifikasinya lebih besar dari kendaraan taktis 4x4 yang ada saat ini.

Bila tidak ada halangan, rantis varian baru produk Pindad itu sudah bisa dituntaskan pada 2014.”Panser itu sasis dan mesinnya dari Renault, sedangkan bodi dan komponen lainnya dibuat sendiri oleh PT Pindad.Saat ini baru satu unit, tapi pemesannya sudah ratusan,” kata Adik. arif budianto/ maesaroh/ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar